Kampung Susuru, sebuah dusun kecil yang terletak di Desa Kertajaya, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, menjadi bukti nyata harmoni dalam keberagaman. Masyarakat di kampung ini hidup berdampingan dengan damai meskipun menganut empat keyakinan berbeda: Islam, Katolik, Protestan, dan Penghayat Kepercayaan. Kehidupan yang harmonis ini menjadikan Kampung Susuru sebagai simbol toleransi dan model keberagaman yang patut dicontoh oleh masyarakat Indonesia.
Sejarah dan Keunikan Kampung Susuru
Keberagaman yang melekat di Kampung Susuru tidak terlepas dari pengaruh ajaran Madrais, atau yang dikenal sebagai Agama Djawa Sunda (ADS). Ajaran ini muncul pada paruh pertama abad ke-20 melalui seorang tokoh lokal yang mempelajarinya di Padepokan Madrais, Kuningan. Meski pemerintah melarang ADS pada 1960-an, sebagian pengikutnya tetap melestarikan ajaran ini dalam bentuk Penghayat Kepercayaan.
Keunikan Kampung Susuru tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada cara masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari. Rumah ibadah seperti masjid, gereja, dan rumah ibadah Penghayat berdiri saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan. Tata letak ini mencerminkan semangat saling menghormati yang mendalam di antara warganya.
Kehidupan Sosial yang Menjadi Teladan
Kehidupan sosial di Kampung Susuru adalah contoh nyata dari toleransi yang hidup. Masyarakat tidak hanya menghormati keyakinan masing-masing tetapi juga bekerja sama dalam berbagai kegiatan. Gotong royong menjadi tradisi yang mengakar, bahkan dalam pembangunan rumah ibadah.
Selama perayaan hari besar keagamaan, warga Kampung Susuru saling mendukung tanpa memandang agama. Umat Muslim membantu perayaan Natal, sementara umat Kristen turut serta dalam perayaan Idul Fitri. Tradisi ini mencerminkan semangat solidaritas dan persatuan yang kuat.
Kampung Toleransi yang Didukung Pemerintah
Keunikan Kampung Susuru mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, bersama Bupati Ciamis terpilih, Herdiat Sunarya, telah mencanangkan Kampung Susuru sebagai kampung toleransi. Tujuan dari inisiatif ini adalah menjadikan Kampung Susuru sebagai contoh nyata bagi daerah lain dalam menjaga harmoni keberagaman.
Dedi Mulyadi menyatakan kekagumannya terhadap kehidupan masyarakat Kampung Susuru yang harmonis. Ia berkomitmen untuk menata kampung ini agar lebih representatif sebagai simbol toleransi dan keberagaman di Jawa Barat. Dukungan pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai-Nilai Pancasila yang Tertanam
Kampung Susuru adalah refleksi nyata dari falsafah "Bhinneka Tunggal Ika" yang berakar pada nilai-nilai Pancasila. Persatuan, keadilan, dan toleransi menjadi dasar hubungan antarwarga. Sikap saling menghormati yang ditunjukkan oleh masyarakat tidak hanya memperkuat ikatan sosial tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk hidup berdampingan secara damai.
Inspirasi Nasional untuk Harmoni
Kampung Susuru membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang dapat membangun masyarakat yang damai dan sejahtera. Kehidupan yang toleran, penuh gotong royong, dan saling menghormati menjadi fondasi utama kampung ini.
Dengan dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten, Kampung Susuru memiliki potensi untuk menjadi model nasional dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama. Kampung ini tidak hanya menjadi simbol toleransi bagi Jawa Barat tetapi juga inspirasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia untuk menjaga keberagaman sebagai anugerah yang harus dirawat.