Air Jernih (Herang) - Simbol penamaan Desa Handapherang Ciamis yang mengalir sejak zaman dahulu, menjadi sumber kehidupan dan filosofi masyarakat setempat
📜 Sejarah Ciamis: Desa Handapherang merupakan bagian dari warisan sejarah Kabupaten Ciamis. Seperti yang dijelaskan dalam sejarah Kerajaan Galuh Ciamis, desa-desa tua di wilayah ini menyimpan kekayaan budaya yang menjadi identitas Tatar Galuh.
Asal Usul Desa Handapherang
Secara etimologis, nama "Handapherang" terdiri dari dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu "handap" yang berarti rendah dan "herang" yang berarti bening. Nama ini merujuk pada kawasan dataran rendah di mana terdapat mata air yang jernih, tidak pernah surut bahkan di musim kemarau. Pada masa sebelum tahun 1700-an, sudah terdapat dua sumur tua dengan air jernih di wilayah yang kini menjadi Desa Handapherang.
Salah satu sumur tersebut berlokasi di perbatasan Dusun Handapherang dengan Dusun Kersikan dan menjadi cikal bakal penamaan desa ini. Seiring waktu, masyarakat yang awalnya hidup nomaden kemudian menetap, menjadikan pertanian sebagai poros utama kehidupan dan peradaban lokal.
"Nama Handapherang bukan sekadar penanda geografis, tetapi filosofi hidup masyarakat tentang pentingnya ketenangan dan kejernihan dalam menjalani kehidupan. Air yang herang (bening) di tempat yang handap (rendah) mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan kemurnian niat."
Perubahan nama desa terjadi pada masa pemerintahan Kuwu kedua, Raden Astra Wijaya, tahun 1843, yang menesesuaikan dengan penyebutan lisan masyarakat sehingga Handapherang resmi digunakan sebagai nama desa. Perjalanan sejarah desa ini sangat dipengaruhi oleh pertemuan tiga elemen utama: budaya, peradaban, dan agama. Budaya terekam dalam jejak patilasan yang tersebar di berbagai titik desa, peradaban terbentuk melalui pitutur para sepuh, serta kehadiran agama Islam yang berkembang lewat dakwah para ajengan dan tokoh agama.
Kantor Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis - Pusat pemerintahan desa yang menjaga warisan budaya Tatar Galuh
Pemerintahan Desa dan Tokoh Kepala Desa dari Masa ke Masa
Pemerintahan Desa Handapherang dimulai pada masa kolonial Belanda dengan sistem tanam paksa yang mengharuskan penduduk menanam komoditas ekspor. Kepala desa pertama adalah Raden Arsa Wijaya alias Eyang Gaok, yang dinobatkan pada Jumat 20 Agustus 1830 M dan memimpin hingga 1843. Tradisi milangkala setiap 20 Agustus di desa ini pun berakar dari penobatan kuwu pertama.
📋 Daftar Kepala Desa Handapherang dari Masa ke Masa
- Raden Arsa Wijaya (Eyang Gaok) - 1830–1843
- Raden Astra Wijaya - 1843–1857
- Haji Abdul Rohman R. Tirta Wijaya - 1857–1887
- Raden Haji Abdullah - 1888–1896
- Raden Sukanta Wijaya - 1897–1927
- Madtahwi - 1928–1945
- Haji Zenal Hasan - 1946–1956
- Achmad Djalaludin - 1956–1979
- Herman Hendra Sukmana - 1980–2007
- Haji Komarudin - 2007–2013
- Mamad Mardian - 2013–2014
- Abdurachman - 2014–2022
- Tantan Sontani, S.H. - 2022–Sekarang
Identitas "kuwu" sebagai kepala desa merupakan gelar lokal yang tersebar di wilayah Priangan Timur, Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Gelar ini penting untuk dijaga sebagai warisan kultur Sunda yang mencerminkan kearifan lokal dalam sistem pemerintahan tradisional.
🏛️ Pemerintahan Desa Ciamis: Sistem kepemimpinan desa di Kabupaten Ciamis memiliki kekhasan tersendiri. Seperti rotasi perangkat desa di Sidaharja Lakbok Ciamis, dinamika pemerintahan desa terus berkembang mengikuti zaman di wilayah Ciamis.
Pembagian Wilayah dan Dusun Beserta Sejarahnya
Desa Handapherang terbagi ke dalam lima dusun: Dusun Desa, Dusun Cikatomas, Dusun Guha, Dusun Kersikan, dan Dusun Handapherang. Masing-masing dusun memiliki asal-usul penamaan yang terkait dengan kondisi geografis, vegetasi lokal (misal pohon hantap, kadomas, loa), dan kisah tokoh pelopor.
Di Dusun Desa, pusat pemerintahan desa (puser desa) pernah berada di Blok Ciloa dan berpindah ke wilayah Dusun Desa pada masa Kuwu H. Zenal Hasan tahun 1946.
🗺️ Sebaran Dusun dan Asal Usul Penamaan
Dusun Desa
Dinamai berdasarkan keberadaan pusat pemerintah desa (Balai Desa). Tokoh-tokoh seperti Ajengan Hasan dan Ajengan Ahmad Rosadi menandai pengembangan syiar Islam di sini. Selain itu, terdapat kelompok seni dan olahraga yang aktif membentuk identitas daerah.
Dusun Cikatomas
Nama "Cikatomas" awalnya adalah "Cikadomas", merujuk pada "cai" (air) dan "kadomas" (pohon yang tumbuh di daerah air). Tokoh penting di sini adalah Haji Salam yang mengubah nama dusun dan mewakafkan tanah untuk masjid.
Dusun Guha
Berasal dari adanya gua alami yang panjang, di tepi Sungai Citanduy. Gua ini sering menjadi tempat pengembaraan dan tapak para tokoh era silam. Patilasan Raden Patih, Ki Mas Yuda, dan Anam Taka-Anam Mida, serta jejak Prabu Liman Sonjaya ikut mewarnai narasi dusun ini.
Dusun Kersikan
Berawal dari penamaan "karesikan"—tempat bersih yang kian lama menjadi "kersikan". Tokoh keagamaan Ki Fakhru Rozi dan tradisi lokal warga menjadi penanda penting di daerah ini.
Dusun Handapherang
Dusun paling tua dengan penamaan langsung oleh kuwu pertama. Di sini lah berdiri pesantren Ciloa Daarul Falaah yang didirikan Ajengan Zaenal Mustofa, dan pusat lembaga pendidikan lainnya. Terdapat juga patilasan tokoh spiritual Tubagus Syatariah.
Patilasan, Situs Sejarah, dan Peninggalan Tokoh
Berbagai patilasan tersebar di tiap dusun, menjadi bukti fisik dari perjalanan sejarah yang panjang:
🏺 Patilasan Cipancur dan Cikaracak
Terletak di Dusun Desa, menjadi saksi kunjungan Dalem Galuh Adipati Panaekan dan tempat tokoh-tokoh agama beraktivitas. Situs ini menunjukkan hubungan historis antara desa dengan pusat kerajaan.
🕌 Patilasan Eyang Angsana
Dari Kesultanan Cirebon yang berdakwah secara damai kepada masyarakat animis. Menunjukkan proses islamisasi yang berlangsung secara bertahap dan penuh kearifan.
🏰 Situs Rancajantung dan Blok Pajaten
Yang dulunya basis pertahanan Kerajaan Galuh, tersebar legenda seperti ikan kancra Si Bapang dan Si Rawing yang dipercaya menjaga sumber air.
Patilasan Prabu Liman Sonjaya, Tubagus Syatariah, Ki Mas Yuda, dan Ki Buhaya yang erat dengan penyebaran Islam, pembangunan semangat gotong-royong, serta falsafah hidup warga desa menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kultural Handapherang.
🏛️ Situs Sejarah Ciamis: Patilasan di Desa Handapherang melengkapi kekayaan situs sejarah di Kabupaten Ciamis. Seperti Situs Gunung Susuru Ciamis, berbagai peninggalan bersejarah terus dipelihara sebagai warisan budaya wilayah Ciamis.
Legenda, Cerita Rakyat, dan Mitos Desa Handapherang
Keragaman cerita rakyat dan legenda menjadi bagian penting sejarah desa. Legenda bukan sekadar hiburan, tetapi mengandung nilai-nilai moral dan kearifan lokal yang menjadi pedoman hidup masyarakat.
📖 Legenda dan Mitos yang Membentuk Identitas
🐟 Legenda Si Bapang dan Si Rawing
Dua ikan kancra dari Rancajantung yang menjadi pusat kehidupan dan kepercayaan masyarakat lokal tentang kelestarian alam dan sumber air. Legenda ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
🐌 Cerita Rakyat Rancatutut
Tentang keong tutut di rawa dan petuah sepuh yang memberi makna pada perilaku hidup sederhana namun penuh makna. Mengajarkan filosofi kesederhanaan dan ketekunan.
👵👴 Mitos Cinini-Nini
Kisah Ki Waru dan Nini Ambu yang hidup sederhana, saling menyayangi, serta meninggalkan situs yang kini dikenal sebagai Cinini-Nini. Menjadi simbol keharmonisan keluarga.
🏗️ Tugu Sayangkaak
Pilar beton peninggalan Belanda yang membentuk identitas lokal dan pemetaan zaman kolonial. Menjadi pengingat sejarah perjuangan melawan penjajahan.
🥋 Jejak Manpo Aom Turat
Pencak silat tradisional khas Tatar Sunda yang mendidik generasi jawara dengan filosofi "manpo"—tidak memberi tempo kepada lawan dalam pertempuran. Mengajarkan nilai-nilai keberanian dan kesiapsiagaan.
Tradisi, Adat, dan Budaya Lokal yang Terpelihara
Selain legenda dan sejarah, Desa Handapherang kaya akan tradisi unik yang memperkuat identitasnya. Tradisi-tradisi ini tidak hanya dilestarikan, tetapi juga terus berkembang mengikuti zaman.
🎭 Ragam Tradisi yang Tetap Lestari
🕌 Tradisi Munggahan
Menyambut bulan Ramadan dengan botram (makan bersama) yang diiringi seni religi dan pencak silat. Menjadi momen silaturahmi dan pembinaan spiritual.
🚬 Undangan Satu Batang oleh Karang Taruna
Tradisi simbolis kekompakan saat pemuda diundang ke acara pernikahan dengan memberikan satu batang rokok kepada tiap pemuda yang hadir. Mengajarkan nilai kebersamaan dan kesederhanaan.
💧 Tradisi Susuci di Cikatomas dan Cipancur
Ritual mandi di sumur keramat pada lokasi tampian dengan air jernih, mengandung pesan moral untuk hidup bersih lahir dan batin. Menjadi sarana introspeksi diri.
🤝 Guyub Guha
Spirit gotong-royong yang terus lestari, khususnya dalam pembangunan fasilitas pendidikan dan keagamaan. Menjadi fondasi sosial masyarakat.
⚽🎵 Kegiatan Seni dan Olahraga
Pagelaran seni calung, degung Sekar Binuang, qasidah rebana Athira Rahma, serta club sepak bola dan bola voli menjadi ciri khas setiap dusun. Menjadi media ekspresi budaya dan pemersatu masyarakat.
🎭 Budaya Ciamis: Tradisi di Desa Handapherang mencerminkan kekayaan budaya Kabupaten Ciamis. Seperti tradisi Merlawu di Ciamis, berbagai warisan budaya terus dilestarikan sebagai identitas wilayah Ciamis.
Pendidikan dan Perubahan Sosial di Desa Handapherang
Perkembangan pendidikan sangat menonjol, mulai dari pendirian Sekolah Rakyat (Volkschool), SDN 1 dan 2 Handapherang, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, hingga Pesantren Daarul Falaah Ciloa yang menjadi pusat pembinaan generasi muda di bidang agama dan sosial.
Lembaga pendidikan formal dan nonformal juga didukung oleh kehadiran tokoh masyarakat seperti Haji Ukim Setiadi, yang mendirikan Yayasan Pendidikan Islam dan Kesejahteraan Sosial YPIKS Miftahussalam. Spirit partisipasi masyarakat selalu menjadi tenaga pendorong kemajuan desa ini.
🎓 Transformasi Pendidikan dari Masa ke Masa
- Era Kolonial: Berdirinya Sekolah Rakyat (Volkschool) sebagai awal pendidikan formal
- Era Kemerdekaan: Pengembangan SDN 1 dan 2 Handapherang
- Era Modern: Pendirian madrasah dan pesantren sebagai pusat pendidikan agama
- Era Kontemporer: Integrasi pendidikan formal dan nonformal dengan teknologi
Potret Ekonomi Desa dan Kreativitas Warga
Ekonomi desa berakar pada pertanian, peternakan, dan perikanan—didukung oleh kelompok tani, juragan domba, dan budidaya ikan yang dikelola melalui spirit kooperatif. Selain itu, tradisi keterampilan tangan seperti seni ukir dan produksi sagon ketan menjadi warisan turun-temurun, bahkan dipasarkan hingga keluar daerah seperti Jakarta, Bandung, Solo, dan Pekalongan.
Kreativitas warga juga terlihat dalam pembuatan kolecer (kincir angin besar) yang pernah menarik kunjungan pejabat daerah, serta inovasi alat musik dan pergelaran seni yang mendapat sambutan luas dari masyarakat sekitar.
🌾 Pertanian dan Perkebunan
Basis ekonomi utama dengan komoditas padi, palawija, dan tanaman keras yang dikelola secara tradisional dan modern.
🛠️ Kerajinan dan UMKM
Pengembangan sagon ketan, ukiran kayu, dan produk kerajinan lainnya yang menjadi sumber pendapatan alternatif.
🐑 Peternakan dan Perikanan
Budidaya domba, ikan, dan unggas yang dikelola secara berkelompok dengan sistem bagi hasil.
Kearifan Lokal, Falsafah Hidup, dan Nilai-Nilai Religius
Masyarakat Desa Handapherang menanamkan nilai-nilai gotong-royong, toleransi, serta kebersamaan. Falsafah Sunda sebobot sapihanan sabata sarimbagan mengajarkan pentingnya rukun, saling membantu, dan kesederhanaan.
Tradisi membaca kitab kuning, pengajian, serta pelaksanaan ibadah bersama di berbagai masjid dan pesantren, menandai kedalaman religi dan spiritualitas lokal yang dipegang teguh hingga saat ini.
🤝 Pemberdayaan Masyarakat Ciamis: Kearifan lokal Desa Handapherang sejalan dengan upaya pemberdayaan di Kabupaten Ciamis. Seperti program pemberdayaan di Handapherang, pengembangan masyarakat terus didorong untuk kemajuan wilayah Ciamis.
Handapherang sebagai Pilar Warisan Budaya Tatar Galuh
Keberadaan Desa Handapherang di Ciamis bukan sekadar data administratif wilayah, melainkan simbol warisan budaya, sejarah, dan tradisi yang menjadi aset penting Tatar Galuh dan Jawa Barat. Melalui berbagai situs sejarahnya, jejak para tokoh, legenda dan tradisi yang terus dihidupkan, Handapherang telah membuktikan dirinya layak untuk dikenal lebih luas sebagai salah satu desa tua yang menjadi pilar identitas dan jati diri masyarakat Sunda.
Kehadiran generasi muda, pengembangan pendidikan, serta spirit gotong-royong menjadi kunci pelestarian Handapherang di masa kini dan masa depan. Semoga desa ini tetap menjadi inspirasi, penyangga nilai-nilai luhur, sekaligus menjadi sumber pengetahuan dan kebanggaan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Dari mata air yang herang di tempat yang handap, terpancarlah kearifan yang menyirami setiap generasi. Handapherang bukan sekadar nama, tetapi filosofi hidup yang terus mengalir seperti air jernih yang tak pernah surut!
